Komedi Putar Tuan Puan
Tidak terlihat gemerlap cahaya, lampu bundar mati tidak ada yang peduli. Memutar-mutar seperti gulali yang hendak dibuat atau ini ilusi karena tidak cermat. Lima meter aku berdiri jauh di sana, bersama dua hingga tiga manusia dalam jelita lara. Kuda-kuda berlarian di tempat mengejar sang puan, lalu tuan kian terengah di sepanjang jalan. Hendak mendekap buasnya kucing hitam. Dahulu ia hidup dalam guci emas milik Oma yang kemudian menjelma toples berkarat penyok di tepian. Tapi apadaya ornamen kerucut bentuk istana bisa perbuat, selamanya ia dalam tahta hingga wafat.
Hujan hampir datang setiap pagi dan petang. Tiada lagi tanda kenapa engkau terus datang. Mengguyur kuda-kuda yang hendak menyerang tapi sayang sekali tidak mempan, basah kuyup hanya badan puan dan suka rela tuan memeluknya. Semakin engkau singkap semua lembaran, tidak akan engkau sampai pada tujuan. Tiada lagi komedi putar kesukaan, sekadar berputar tanpa arah dan tak karuan. Namun, hadirnya dalam lima meter jarak pandang adalah mukjizat bagi tuan. Entahlah puan bagaimana memandang, kuharap ia segera terus terang.