Jangan Tertipu Kata Pepatah “Berakit-Rakit ke Hulu, Berenang-Renang ke Tepian”
Haduh, nampaknya pepatah ini sudah sangat melekat di setiap kepala orang Indonesia. Bagaimana tidak, sejak kecil kita sudah dijejeli beragam kosa kata yang bahkan tidak tahu artinya. Namanya juga dikte, paham tidak paham ya terima saja. Rumit sekali aku dulu menghapalnya, permainan diksi yang katanya sebuah pepatah. Memangnya pepatah siapa sih sampai harus menjadi doktrinasi? Ba bi bu nya nyi nyu semua terdengar sangat bijak. Fa fi fu was wis wus macam kitab.
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Oh.
Lalu?
Untuk mencapai kejayaan, kemakmuran, keberhasilan, keemasan, kemasyhuran, dan ke- ke- lainnya, haruslah kita berani bersusah payah atau berusaha terlebih dahulu. Begitu, katanya.
Aku merasa sebenarnya pepatah ini tidak sepenuhnya salah jika memang dimaknai sedemikian rupa. Karena pada dasarnya, Menggoda tuhan tidak seperti duduk mengemis di jalanan. Setiap usaha memang diperlukan untuk mencapai apa yang diinginkan. Kalau berpikir “ah tidak juga, banyak yang mendapat segalanya dengan kemudahan”, orang-orang seperti itu sepertinya hanya ada dua kemungkinan, yang satu tidak gemar mengumbar proses pencapaian, yang satu memang anak orang kaya dan banyak jaringan.
Pasalnya, banyak orang yang hanya melihatnya sebatas di ambang rupa. Pandangan mereka terhadap proses menjadi salah sehingga pepatah ini malah betransformasi sebagai pepatah yang benar-benar bikin patah. Pepatah yang benar-benar menggariskan aturan hidup dengan kasar. Pepatah yang benar-benar melimitasi standar kebahagiaan. Pepatah yang benar-benar mengintruksikan penundaan. Pepatah yang benar-benar memuakkan.
Loh, bagaimana bisa?
Iya, mereka kebanyakan menginterpretasikan bahwa ‘berakit-rakit ke hulu’ menyuruhnya menunda kebahagiaan sampai datang ia dalam bagian ‘berenang-renang ke tepian’. Perjalanan yang diambilnya sama sekali tidak dinikmati dan kepayahan saja yang didapati. Kalu belum berhasil, belum berhak bahagia, pikirnya. Konyol. Aku jadi teringat lirik lagu dari grup musik Jamrud yang berjudul “Berakit-rakit”,
Berakit-rakit kita ke hulu
Berenang kita ke tepian
Bersakit dahulu senang pun tak datang
Malah mati kemudian
Siapa bilang kebahagiaan hanya bisa didapat saat meraih kesuksesan? Aku sih percaya saat belum mencapainya pun tetap bisa dilakukan. Sumbernya kan banyak, caranya juga beragam. Kalu dirasa tidak ada atau belum ada kewenangan, aku yakin ada yang harus dibenarkan.